Tuesday, December 31, 2013

Jejak Peradaban Kuno di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Dugaan akan adanya pemukiman kuno yang pernah berdiam disepanjang pesisir pantai timur Provinsi Jambi mulai terkuak. Setelah sejumlah peneliti dari Balai Arkeologi Palembang (Sum-sel), menemukan benda - benda kuno dikawasan delta berbak, tepatnya di situs Simbur Naik Kecamatan Muara Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
DAS (Daerah Aliran Sungai) - Lambur

Kesimpulan ini di ambil setelah sejumlah peneliti yang dipimpin Haris Susanto, melakukan serangkaian penelitian selama tiga tahun terakhir dikawasan delta berbak.

Kabupaten Tanjung Jabung Timur sepertinya menjadi daerah buruan situs purbakala yang kaya raya. Karena jejak peradaban kuno begitu banyak berserakan di wilayah ini. Kemudian tim arkeologi ini terus mengembangkan penelitiannya hingga ke situs Keramas di DAS (Daerah Aliran Sungai) Dendang.

Di situs yang sebagian lahannya telah tertutupi oleh perkebunan kelapa sawit, tim arkeologi menemukan pecahan keramik bagian badan, kaki, dari Dinasti Song. Juga ditemukan Gerabah halus bermotif hias, pasak kayu keras, dan jalinan tali ijuk.

Banyaknya benda kuno yang bertebaran ini kadang tak jarang ditemukan masyarakat sekitar, seperti yang ditemukan Ngatiman belum lama ini, dimana ia menemukan kaki wadah dua buah dai bahan perunggu lapis emas 18 karat. Kaki wadah lainnya yang ditemukan Ngatiman terdapat Archa Dewa.

Di sepanjang bantaran sungai batanghari yang mengalir di Muara Sabak, para penduduk kerap menemukan pecahan piring yang terbuat dari zaman dahulu. Malah, saat pembuatan pondasi dermaga samudera, para pekerja tak aneh lagi dengan penemuan benda - benda antik disepanjang sisi dermaga.

Peninggalan arkeologi yang bertebaran di pantai timur ini, kiat menguatkan dugaan dan sumber asing, yang menganalisa bahwa pada abad 7 hingga abad 13, pantai timur adalah Jalur Pelayaran Kuno

Jejak itu terekam kuat dari temuan benda kuno dari kapal karam yang berada disitus Air Hitam Laut, situs Sungai Jeruk, situs Kota Kandis dan situs Bandar Muara Sabak dan situs Siti Hawa. Muatan kapal karam tersebut setelah diteliti banyak membawa benda kuno berupa gerabah, keramik, manik-manik, batu pipisan, yang diperkirakan berasal dari zaman Dinasti Song, dari abadi 11 hingga abad 13 Masehi.
Situs Perahu Kuno dalam tanah di Desa Lambur I

Penemuan - penemuan itu juga diperkuat dengan ditemukannya jejak peradaban kuno berupa bekas pemukiman, perahu kuno, arca serta makam tua seperti makam Datuk Paduko Berhalo, Orang Kayo Hitam dan Orang Kayo Pingai. Di jejak peradaban tersebut, turut ditemukan pending serta kalung berbalut emas.

Temuan - temuan tersebut juga kian menguatkan akan teori lainnya, bahwa di wilayah pedalaman pantai timur Provinsi Jambi, khususnya Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dulunya adalah jalur pelayaran kuno melalui DAS Batanghari. Tim Peneliti terus menelusuri jejak kuno ini dengan meneliti DAS Pemusiran, DAS Lambur dan DAS Simbur Naik.

Monday, December 30, 2013

Nilai Budaya Jambi

Nilai Budaya

Berdasarkan cerita rakyat setempat, nama Jambi berasal dari perkataan "Jambe" yang berarti "Pinang". Nama ini ada hubungannya dengan sebuah legenda yang hidup dalam masyarakat, yaitu legenda mengenai Raja Putri Selaras Pinang Masak, yang ada kaitannya dengan asal - usul Provinsi Jambi.
Penduduk asli Provinsi Jambi terdiri dari beberapa suku bangsa, antara lain : Melayu Jambi, Batin, Kerinci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu) dan Bajau. Suku bangsa yang disebutkan pertama merupakan penduduk mayoritas dari keseluruhan penduduk Jambi, yang bermukim di sepanjang dan sekitar pinggiran sungai batanghari.

Suku Kubu atau Suku Anak Dalam dianggap sebagai suku tertua di Jambi, karena telah menetap terlebih dahulu sebelum kedatangan suku - suku yang lain. Mereka diperkirakan merupakan keturunan prajurit - prajurit Minangkabau yang bermaksud memperluas daerah ke Jambi. Ada cerita lain yang menyatakan bahwa Suku Anak Dalam ini merupakan keturunan dari percampuran Suku Wedda dengan Suku Negrito, yang kemudian disebut sebagai Suku Weddoid. Suku Anak Dalam dibedakan atas Suku yang Jinak dan Liar. Sebutan "Jinak" diberikan kepada golongan yang telah dimasyarakatkan, memiliki tempat tinggal yang tetap dan telah mengenal tatacara pertanian. Sedangkan yang disebut "Liar" adalah mereka yang masih berkeliaran di hutan - hutan dan tidak memiliki tempat tinggal tetap, belum mengenal sistem bercocok tanam, serta komunikasi dengan dunia luar sama sekali masih tertutup.

Suku - suku bangsa di Jambi pada umumnya bermukim di daerah pedesaan dengan pola yang mengelompok. Mereka yang hidup menetap tergabung dalam beberapa Larik (Kumpulan rumah panjang beserta pekarangannya). Setiap desa dipimpin oleh seorang kepala desa (RIO) dibantu oleh Mangku, Canang dan Tua - tua Tengganai (dewan desa). Mereka inilah yang bertugas mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat desa.

Strata Sosial masyarakat di Jambi tidak mempunyai suatu konsepsi yang jelas tentang sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu jarang bahkan tidak pernah terdengar istilah - istilah atau gelar - gelar tertentu untuk menyebut lapisan - lapisan sosial dalama masyarakat.  Mereka hanya mengenal sebutan - sebutan yang "Kabur" untuk menunjukan status seseorang, seperti : orang pintar, orang kaya, orang kampung, dsb.

Pakaian pada awalnya masyarakat pedesaan mengenal pakaian sehari-hari berupa kain dan baju tanpa lengan. Akan tetapi setelah mengalami proses akulturasi dengan berbagai kebudayaan. Pakain sehari - hari yang dikenakan kaum wanita berupa Baju Kurung dan Selendang yang dililitkan dikepala sebagai penutup kepala. Sedangkan kaum pria mengenakan Celana Setengah Ruas yang menggelembung pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga dapat leluasa bergerak dalam melakukan pekerjaan sehari - hari, pakaian untuk kaum pria ini dilengkapi dengan kopiah.

Kesenian di Provinsi Jambi yang terkenal antara lain Batanghari, Kipas Perentak, Rangguk, Sekapur Sirih, Selampit Delapan, Serentak Satang.

Upacara Adat yang masih dilestarikan antara lain Upacara Lingkaran Hidup Manusia, Kelahiran, Masa Dewasa, Perkawinan, Berusik Sirih Bergurau Pinang, Duduk Bertuik, Tegak Betanyo, Ikat Buatan Janji Semayo, Ulur Antar Serah Terimo Pusako dan Kematian.

Filsafat Hidup masyarakat setempat : "Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, Batangnyo Alam Rajo"


Friday, December 13, 2013

Sejarah Kota Kuala Tungkal


Sebelum abad ke-17 ditanah Tungkal ini sudah berpenghuni seperti Merlung, Tanjung Paku, Suban yang sudah dipimpin oleh seorang Demong. Jauh sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang Padang Panjang yang dipimpin oleh Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor.
Kemudian memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut Tungkal saja, daerah ini dikuasai atau dibawah Pemerintahan Raja Johor. Dimana yang menjadi Wakil Raja Johor didaerah ini pada waktu itu adalah Orang Kayo Depati. Setelah lama memerintah Orang Kayo Depati pulang ke Johor dan beliau digantikan oleh Orang Kayo Ario Santiko yang berkedudukan di Tanjung Agung (Lubuk Petai) dan Datuk Bandar Dayah yang berkedudukan di Batu Ampar, daerahnya meliputi Tanjung Rengas sampai kehilir Kuala Tungkal atau Tungkal Ilir sekarang.
Memasuki abad ke-18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal dikuasai dan dibawah Pemerintahan Sultan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada saat itu Kesultanan Jambi mengirim seorang Pangeran yang bernama Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu Tungkal Ulu sekarang, kedatangannya disambut baik oleh Orang Kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.
Setelah terbukanya Kota Kuala Tungkal maka semakin banyak orang mulai datang, sekitar tahun 1902 dari Suku Banjar yang bermigrasi dari Pulau Kalimantan melalui Malaysia. Mereka ini berjumlah 16 orang antara lain : H. Abdul Rasyid, Hasan, Si Tamin gelar Pak Awang, Pak Jenang, Belacan gelar Kucir, Buaji dan kemudian mereka ini berdatangan lagi dengan jumlah agak besar yaitu 56 orang yang dipimpin oleh Haji Anuari dan Iparnya Haji Baharuddin, rombongan 56 ini banyak menetap di Bram Itam Kanan dan Bram Itam Kiri. Selanjutnya datang lagi dari suku Bugis, Jawa, Suku Donok atau Suku Laut yang banyak hidup di pantai/laut, dan Cina serta India yang datang untuk berdagang.
Pada tahun 1901 Kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada Pemerintah Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya di Tungkal Ulu yang Konteleir Jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga pecah lah peperangan antara masyarakat Tungkal Ulu dan Merlung dengan Belanda. Karena mendapat serangan yang cukup berat akhirnya Pemerintah Belanda mengundurkan diri dan hengkang dari wilayah itu. Peperangan itu dipimpin oleh Raden Usman anak dari Badik Uzaman, Raden Usman kemudian wafat dan dimakamkan di Pelabuhan Dagang.
Selanjutnya muncullah Pemerintahan Kerajaan Lubuk Petai yang dipimpin oleh Orang Kayo Usman dan Lubuk Petai kemudian membentuk pemerintahan baru. Pada waktu itu dibentuklah oleh H. Muhammad Dahlan Orang Kayo yang pertama dalam penyusunan pemerintahan yang baru.
Orang Kayo pertama ini waktu masih diintip dan diserang oleh rombongan dari Jambi. Beliau diserang dan ditembak di rumahnya lalu patah. Maka bernamalah Pemerintahan itu dengan Pemerintahan Pesirah Patah sampai zaman kemerdekaan. 
Dusun - dusun pada Pemerintahan Pesirah Patah dan asal mula namanya yaitu :
  • Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan Lingkis.
  • Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari dusun Timong Dalam.
  • Dusun Rantau Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air Talun.
  • Dusun Pulau Pauh tadinya berasal dari Kampung Jelmu Pulau Embacang.
  • Dusun Penyambungan dan Lubuk Terap berasal dari Suku Teberau.
  • Dusun Merlung tadinya berasal dari Suku Pulau Ringan.
  • Dusun Tanjung Paku tadinya berasal dari Tangga Larik.
  • Dusun Rantau Badak tadinya berasal dari Dusun Lubuk Lalang dan Tanjung Kemang.
  • Dusun Mudo tadinya Talang Tungkal dan Lubuk Petai
  • Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah Dusun Pecang Belango.
  • Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung.
  • Dusun Pematang Pauh.
  • Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang.
  • Dusun Taman Raja tadinya bernama Pekan atau Pasar dari Kerajaan Lubuk Petai.
  • Dusun Suban tadinya berasal dari Suban Dalam.
  • Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas.
  • Dusun Kampung Baru.
  • Dusun Tanjung Bojo.
  • Dusun Kebun.
  • Dusun Tebing Tinggi.
  • Dusun Teluk Ketapang.
  • Dusun Senyerang.

Marga Tungkal Ulu, terdiri dari :
  1. Pasirah MT. Pahruddin
  2. Pasirah Daeng Ahmad anak dari H. Dahlan (1953-1959)
  3. Pasirah Zikwan Tayeb (1959-1967)
  4. 1969 masa transisi perubahan marga
  5. Syafei Manturidi (1969-1973)
  6. Adnan Makruf (1974-1982)
Marga Tungkal Ilir, terdiri dari :
  1. Raden Syamsuddin (Pemaraf)
  2. M. Jamin
  3. Pasirah H. Berahim
  4. Pasirah Ahmad
  5. Pasirah Asmuni
  6. Pasirah H.M. Taher


Seiring bergulirnya perkembangn zaman berdasarkan keputusan Komite Nasional Indonesia (KNI) untuk Pulau Sumatera di Kota Bukit Tinggi (Sumbar) pada tahun 1946 tanggal 15 April 1946, maka Pulau Sumatera dibagi menjadi 3(tiga) Provinsi, yaitu : Provinsi Sumatera Tengah, Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Selatan. Pada waktu itu daerah Karesidenan Jambi terdiri dari Batanghari dan Sarolangun Bangko, tergabung dalam Provinsi Sumatera Tengah yang dikukuhkan dengan undang - undang darurat Nomor 19 Tahun 1957, kemudian dengan terbitnya undang - undang Nomor 61 Tahun 1958 pada tanggal 6 Januari 1958 Karesidenan Jambi menjadi Provinsi Tingkat I Jambi yang terdiri dari : Kabupaten BatanghariKabupaten Sarolangun Bangko dan Kabupaten Kerinci.
Pada tahun 1965 wilayah Kabupaten Batanghari dipecah menjadi 2(dua) bagian yaitu : Kabupaten Dati II Batanghari dengan Ibukotanya Kenali Asam, Kabupaten Dati II Tanjung Jabung dengan Ibukotanya Kuala Tungkal. Kabupaten Dati II Tanjung Jabung diresmikan menjadi daerah Kabupaten pada tanggal 10 Agustus 1965 yang dikukuhkan dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 (Lembaran Negara No.50 Tahun 1965), yang terdiri dari Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Tungkal Ilir dan Kecamatan Muara sabak.
Setelah memasuki usianya yang ke-34 dan seiring dengan bergulirnya era Desentralisasi Daerah, dimana daerah diberi wewenang dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, Maka Kabupaten Tanjung Jabung sesuai dengan Undang - undang Nomor 54 tanggal 4 Oktober 1999 tentang pemekaran wilayah Kabupaten dalam Provinsi Jambi telah memekarkan diri menjadi wilayah yaitu :
1. Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai Kabupaten Induk dengan Ibukota Kuala Tungkal.
2.Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai Kabupaten hasil pemekaran dengan Ibukota Pangkalan Bulian.






Sumber : Lembaga Adat Tanjab Barat

Thursday, December 12, 2013

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten yang beribukota Kuala Tungkal ini memiliki luas wilayah 4.984,25 km2. Kabupaten ini terbagi menjadi 13 Kecamatan yang terbagi lagi menjadi 52 Desa. Dulunya bersama Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini membentuk suatu kabupaten yang bernama Kabupaten Tanjung Jabung.

Lambang Daerah

Motto Daerah : " SERENGKUH DAYUNG SERENTAK KETUJUAN " yang berarti : Bahwa masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berbeda etnis dan agama bersama-sama dalam memajukan Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang sangat potensial untuk mencapai Tanjung Jabung Barat yang lebih maju dan berkembang.

Kondisi Geografis
Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak antara 0053 – 0041 Lintang Selatan dan antara 03023 – 104021 Bujur Timur. Kabupaten Tanjung Jabung memiliki batas - batas wilayah, sbb :
  •   Sebelah Utara    : Provinsi Riau
  •   Sebelah Selatan : Kabupaten Batanghari
  •   Sebelah Barat    : Kabupaten Batanghari
  •   Sebelah Timur   : Selat Berhala dan Kab. Tanjung Jabung Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki 13 Kecamatan yang terdiri dari :
  1. Kecamatan Tungkal Ulu
  2. Kecamatan Merlung
  3. Kecamatan Batang Asam
  4. Kecamatan Tebing Tinggi
  5. Kecamatan Renah Mendaluh
  6. Kecamatan Muara Papalik
  7. Kecamatan Pengabuan
  8. Kecamatan Senyerang
  9. Kecamatan Tungkal Ilir
  10. Kecamatan Bram Itam
  11. Kecamatan Seberang Kota
  12. Kecamatan Betara
  13. Kecamatan Kuala Betara
Kondisi Topografi dan Demografi
Kabupaten Tanjung Jabung Barat beriklim Tropis basah dengan variasi kecil tergantung kelembaban nisbi, dataran tinggi temperatur maksimum 27 derajat celsius, dataran rendah berteratur 32 derajat celsius. Sedangkan curah hujan rata - rata pertahun 241,48 mm dengan curah hujan maksimum perbulan berkisar 100-300 mm.
Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2010 berjumlah 278.741 jiwa dengan kepadatan 56 jiwa/km2, sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 2000-2010 rata rata 3,03% pertahun. Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak pada posisi strategis, merupakan garis depan dan pintu gerbang menuju Jambi. Berhadapan langsung dengan kawasan perkembangan IMS - GT dengan jarak dari Kota Kuala Tungkal kenegara Singapura kurang lebih 90 mil dengan waktu tempuh 3,20 jam.

Potensi Unggulan Daerah
1. Bidang ESDM (Energi Sumber Daya Mineral) :
  • Ekploitasi Minyak dan Gas Bumi
  • Produksi Minyak dan Gas Bumi
  • Bahan Galian, Seperti : Tanah timbunan, Pasir, Kerikil dan Batu-batuan.
2. Bidang Pertanian :
  • Padi
  • Nanas Daun
3. Bidang Perikanan :
  • Udang Ketak (manthis) atau Udang Ronggeng (Squalameteus SP)
  • Udang Buku atau Udang Sungai (berkulit keras)
  • Udang Galah
  • Ikan Bawal berkulit putih
  • Terasi Udang
  • Udang Kering atau Udang Abon
  • Ikan Kering atau Ikan Asin
  • Tambak Udang
  • Tambak Air Tawar
4. Bidang Perkebunan :
  • Karet
  • Kelapa Sawit
  • Kelapa Dalam 
  • Kopi
  • Pinang

Potensi Wisata
Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki beberapa potensi kepariwisataan yang terdiri dari :
1. Wisata Alam Hutan Mangrove
Objek wisata ini merupakan pantai berpasir putih yang begitu indah, dengan panorama eksotis karena berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan. Persisnya lokasi ini berada di Pangkal Babu dengan luas 200 hektar, lebih kurang 10 dari pusat kota dengan menggunakan perahu motor.
Sekilas memang mangrove itu tidak menarik untuk dipandang selain berlumpur dan berawa-rawa, namun apa yang terjadi jika dikelola dengan baik sebagai Ekologi wisata selain menjadi Laboratorium Alam terbesar tentunya akan tetap menjaga ekosistem habitat satwa liar seperti burung, hewan-hewan reptil dan tentunya ikan dan udang.
Jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove di pangkal babu yaitu : Api - api (Avicennia SP), Bakau (Rhizophora SP), Pidada (Sonneratia SP), Tancang (Bruguiera SP), Mentigi (Ceriops SP), Teruntum (Lumnitzera SP), Buta-buta (Exoecaria SP), Nyirih (Xylocarpus SP), Perpat Kecil (Aegiceros SP), Perpat (Scyphypora SP), dan Nipah (Nypa SP), dll.

2. Wisata Bahari Pesisir Pantai
Sebagai daerah pesisir pantai, Kabupaten Tanjung Jabung Barat berpeluang mengembangkan wisata bahari dengan keindahan laut dan pesisir pantai. Ditumbuhi pohon mangrove untuk menjaga abrasi pantai. Even wisata yang digelar sepanjang tahun pada bulan agustus sebagai penunjang wisata bahari antara lain : Festival peduli nelayan, lomba memancing, lomba pompong dan lomba menangkap ikan cempakul.

3. Air Terjun Bukit Pinang Bawah
Berada di Desa Tanjung Bojo Kecamatan Tungkal Ulu, sekitar 5 km dari jalan lintas timur Jambi - Pekanbaru. Perjalanan kelokasi ini dapat ditempuh melalui jalan darat menggunakan kendaraan roda dua atau berjalan kaki. Dapat juga ditempuh menyusuri aliran sungai Tantang di Desa Suban dengan menggunakan perahu sampan.

Kabupaten Muaro Jambi

Kabupaten Muaro Jambi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten Muaro Jambi dibentuk berdasarkan undang - undang Nomor 54 tahun 1999 sebagai pemekaran dari Kabupaten Batanghari dan secara defacto kegiatan Pemerintahan efektif berjalan terhitung 12 Oktober 1999 bersamaan dengan pelantikan pejabat Bupati sementara menjelang ditetapkannya pejabat Bupati defenitif, dengan pusat Pemerintahan berada di Sengeti Kecamatan Sekernan yang berjarak 38 km dari Kota Jambi.

Lambang Daerah

Motto Kabupaten Muaro Jambi :
"  SAILUN SALIMBAI  " yang berarti : Semangat kebersamaan / gotong-royong dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

Kondisi Geografis
Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah dataran rendah, dan termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan merata sepanjang tahun rata - rata 186 mm perhari dengan intensitas hujan rata - rata 16 hari hujan. Temperatur rata - rata 32 derajat celcius dengan variasi temperatur antara musim hujan dan musim kemarau relatif kecil.
Luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi kurang lebih 5.246 km, secara administratif mempunyai batas - batas wilayah sebagai berikut :
Secara administratif Kabupaten Muaro Jambi sampai tahun 2012 ini terdiri dari 11 Kecamatan, 5 Kelurahan dan 146 Desa.

Sebelas (11) Kecamatan dalam Kabupaten Muaro Jambi yaitu antar lain :
  1. Kecamatan Jambi  Luar Kota
  2. Kecamatan Mestong
  3. Kecamatan Skernan
  4. Kecamatan Maro Sebo
  5. Kecamatan Kumpeh
  6. Kecamatan Kumpeh Ulu
  7. Kecamatan Sungai Bahar
  8. Kecamatan Sungai Gelam
  9. Kecamatan Taman Rajo
  10. Kecamatan Bahar Utara
  11. Kecamatan Bahar Selatan


Tempat Kunjungan Wisata
Berikut ini beberapa tempat kunjungan wisata yang ada di Kabupaten Muaro Jambi, yaitu : 

1. Situs Purbakala Candi Muaro Jambi
Komplek Percandian Muaro Jambi, Situs Kepurbakalaan Muaro Jambi merupakan tempat peninggalan purbakala terluas di Indonesia, membentang dari barat ke timur 7,5 kilometer ditepian Sungai Batanghari, dengan luas lebih kurang 12 kilometer persegi. Sebagian kecil berada di barat sungai batanghari dan disisi timur sungai batanghari masuk wilayah administratif Desa Muaro Jambi dan Desa Danau Lamo, sedangkan dibagian barat sungai berada di Desa Kemingking Dalam, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi.

2. Taman Nasional Berbak
Taman Nasional Berbak merupakan salah satu kawasan konservasi lahan basah yang penting di Asia Tenggara ini dibuktikan dengan ditunjuknya sebagai kawasan Ramsar (Lahan Basah Internasional). Letak geografis Taman Nasional Berbak berada antara  104 06 BT - 104 06 BT dan 10 4' LS - 1 35' LS. Secara administratif Taman ini terletak di Kabapaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Sebagai kawasan lahan basah berbau ditumbuhi beraneka ragam jenis vegetasi yang khas dan tahan terhadap genangan air.

3. Burung Kuau Besar (Great Agus Pheasant - Arguisanus Argus)
Burung Kuau Besar adalah salah satu jenis satwa langka yang saat ini masih ada dan hidup di hutan Tanjung Katung Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi.

4. Wisata Agro
Banyaknya perusahaan - perusahaan perkebunan swasta besar yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, disamping merupakan sarana pemberdayaan ekonomi rakyat melalui sektor perkebunan. Dapat juga dijadikan objek agro wisata yang cukup menarik bagi wisatawan karena daya tarik keindahan alam dan udaranya yang masih segar.

Wednesday, December 11, 2013

Misteri Tangisan Air Terjun Tegan kiri

Kabupaten Bungo memiliki beberapa objek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah Air Terjun Tegan Kiri. Air terjun ini memiliki ketinggian 10 meter dengan panorama alam yang sangat indah dan masih asri. Air terjun ini bersumber dari perbukitan dengan ketinggian 26 meter. Air Terjun Tegan Kiri tepatnya berada di Dusun Rantau Pandan, Kecamatan Rantau Pandan. Air terjun yang kini telah menjadi sumber air bagi warga rantau pandan, ternyata memiliki cerita mistis yang beredar di kalangan masyarakat sekitar.


Untuk menuju ke lokasi Air Terjun Tegan Kiri, kita harus menempuh perjalanan darat dengan jarak kurang lebih 30 km dari Ibukota Kabupaten Bungo, Muaro Bungo - Jambi. Pengunjung bisa menggunakan sepeda motor maupun mobil karena infrastruktur jalan menuju kesana sudah ada walaupun tidak begitu bagus, sebab aspal dibadan jalan telah banyak yang terkelupas. Untuk dapat masuk kedalam kawasan objek wisata ini terlihat palang portal penutup dan penjaga / petugas tiket masuk. Pengunjung harus membayar tiket masuk Rp.10.000/orang, lalu setelah sampai didalam, bagi yang membawa kendaraan akan diminta untuk membayar uang parkir kendaraan sebesar Rp.5.000.

Sesampainya dilokasi, Pengunjung kembali harus menuruni tangga beton terlebih dahulu untuk mencapai titik Air Terjun Tegan Kiri ini. Namun, para pengunjung tidak akan kecewa ketika sudah sampai di air terjun, semua rasa lelah hilang sudah ketika melihat indahnya pemandangan alam disekitar air terjun.


Air Terjun Tegan Kiri ini pertama kali ditemukan oleh Orang Kubu atau Suku Anak Dalam (SAD), mereka lantas memberitahunnya kepada penduduk dusun. Keturunan dari mereka yang menemukan air terjun ini lah yang kini menjaganya. Mereka terdiri dari 2 (dua) keluarga, yakni keluarga penjaga pintu masuk dan penjaga parkir.

Suara tangisan yang terdengar di gemerciknya air terjun seperti tangisan seorang wanita muda (gadis), biasanya akan terdengar di saat hujan turun disertai panasnya matahari. Kendati masyarakat sekitar sering mendengar suara gadis menangis, tetapi tidak pernah diganggu oleh apapun termasuk dari sumber suara tersebut.

Menurut masyarakat sekitar, dulunya di lokasi air terjun ini pernah tumbuh bunga bangkai. Pernah kejadian ada 2 orang anak gadis yang meninggal misterius saat memegang bunga bangkai tersebut, makanya setelah kejadian itu kawasan Air Terjun Tegan Kiri ini sering terdengar suara tangisan. Sehingga masyarakat sekitarnya berkesimpulan suara tangisan pada air terjun ini adalah suara tangisan arwah gadis tersebut.



Tuesday, December 10, 2013

Daftar Objek Wisata Kerinci Jambi

Kabupaten Kerinci merupakan salah satu Kabupaten dalam Provinsi Jambi yang memiliki kawasan - kawasan objek wisata yang terindah di Jambi.
Berikut ini daftar tempat kunjungan wisata yang bisa menjadi destinasi Anda dalam mengisi hari libur :

1. Gunung Kerinci

Gunung Kerinci merupakan gunung berapi yang tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3800m dpi dan masih dalam keadaan aktif. Pemandangan dari puncak Gunung Kerinci sangat memukau, kita bisa melihat danau kerinci dan danau situjuh yang berada diatas puncak bukit situjuh, serta dibagian selatan terlihat Lubuk Gadang dan Muara Labuh. Sementara diarah barat terlihat Samudera Hindia yang sangat indah. Pada areal hutan Gunung Kerinci ini kita masih bisa menjumpai hewan langka yang dilindungi Pemerintah yaitu Harimau Sumatera. Satu hal yang harus diingat, jika anda mendaki Gunung Kerinci ini jangan bermalam atau mendirikan tenda di daerah Selter I atau di daerah yang ketinggiannya dibawah 1500m dpi. Karena daerah tersebut merupakan daerah habitatnya Harimau Sumatera dan tempat mereka berburu mangsa. Usahakan untuk tidak membawa makanan yang berbau anyir atau daging mentah.

2. Perkebunan Teh Kayoe Aro

Perkebunan Teh Kayoe Aro dirintis antara tahun 1925 hingga 1928 oleh perusahaan Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA). Perkebunan teh ini tercatat sebagai perkebunan teh tertua di Indonesia. Perkebunan teh kayoe aro seluas 3.020 hektar adalah perkebunan teh dalam satu hamparan terluas di dunia, berada pada ketinggian 1.400 - 1.600 meter dpi yang merupakan perkebunan teh tertinggi kedua di dunia setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000m dpi).
Pengawasan kualitas yang tinggi, mulai dari perawatan dan pemeliharaan tanaman, pemetikan pucuk teh, pengolahan di pabrik, hingga pengemasan dan pengiriman teh produksi PT. Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) ini menyandang nama harum sebagai teh dengan kualitas terbaik di dunia. Dengan aroma yang khas serta kualitas prima, sebagian besar teh produksi PTPN VI ini adalah untuk di ekspor.

3. Perkebunan Kayu Manis 

Kabupaten Kerinci merupakan perkebunan kayu manis terbesar di Pegunungan kerinci, Kayu manis dikenal pula dengan nama Cassiavera atau Cinanoum Burmanni. Hal yang menarik dari kegiatan Agrowisata ini adalah melihat proses pengolahan kayu manis, mulai dari pengulitan dari batang pohonnya sampai pada tahap penyortiran. Kayu manis merupakan bahan baku rempah - rempah, obat - obatan dan minuman. Kulit kayu manis asal Kabupaten Kerinci adalah komoditas ekspor yang dipasarkan ke negara Amerika, Jepang, Jerman, Belanda, Belgia, Venezuella, Hungaria, Mexico, Yunani, Kanada dan Singapura. Ekspor kulit kayu manis Indonesia 85% dipenuhi oleh kulit kayu manis yang berasal dari Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

4. Danau Kerinci

Danau Kerinci memiliki luas 4.200 hektar dengan kedalaman 110 meter dan terletak pada ketinggian 783m dpi. Danau Kerinci banyak menyimpan jenis ikan, Ikan semah merupakan jenis ikan yang paling digemari dan  juga merupakan ikan enden. Selain panorama yang alam yang indah, interaksi masyarakat sekitar dengan danau juga menyajikan kesan tersendiri bagi pengunjung, seperti para nelayan yang mencari ikan dengan peralatan tradisional seperti : pancing, tangga jaring, jala serta lukah.

5. Danau Kaca

Danau Kaca merupakan salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Kerinci. Penamaan danau ini dengan sebutan Danau Kaca dikarenakan air danau ini sangat jernih. Jika pada siang hari terlihat seperti kaca pada jarak jauh. Danau ini terletak di Kecamatan Gunung Raya Kerinci, bisa dicapai dengan menggunakan pesawat dan akan berhenti di lapangan terbang Depati Parbo.

6. Danau Gunung Tujuh

Kondisi alamnya yang masih perawan dan asri menjadikan Danau Gunung Tujuh ini sebagai tujuan wisata paling favorit di Kabupaten Kerinci dan sekitarnya. Sementara, letaknya yang berada pada ketinggian 1.996m dpi menjadikan danau ini sebagai danau tertinggi di Asia Tenggara. Secara ilmiah, Danau Gunung Tujuh merupakan danau vulkanik yang terbentuk akibat kegiatan Gunung Berapi dimasa lampau. Memiliki ukuran panjang sekitar 4,5 km dan lebar 3 km.

7. Danau Belibis

Danau Belibis termasuk danau Kaldera dengan luas sekitar 2 hektar. Danau ini terletak di lereng Gunung Kerinci yang berhutan lebat. Kondisi alam pegunungan disekitar danau masih asli dan merupakan salah satu obyek wisata yang mempunyai daya tarik khusus untuk dikunjungi. Danau yang indah ini dikelilingi oleh tebing - tebing  curam merupakan tempat minum berbagai jenis satwa dan tempat berkumpulnya belibis. Danau Belibis dapat dicapai melalui Desa Gunung Labu atau Desa Kebun Baru, jarak tempuh dari Kota Sungai Penuh lebih kurang 52 km.

8. Tanjung Pelita 

Tanjung Pelita merupakan suatu taman yang berada pada ketinggian 20 meter dari permukaan danau. Dahulu tanjung ini merupakan pemukiman penduduk dengan nama Desa Pidung yang dihuni oleh sekitar 15 rumah. Menurut orang yang dituakan, Pidung dapat diartikan sebagai hidung. Terdapat dua persepsi kenapa lokasi ini dinamakan Pidung (hidung). Pertama, bila dilihat daerah danau secara keseluruhan lokasi ini menyerupai wajah, sehingga tanah yang didiami ini (tanjung) mirip dengan hidung dan di kiri -kanannnya menyerupai pipi. Kedua, saat penggalian parit bersamaan dengan mulai didiami tanjung ini, masyarakat menemukan batu - batu yang mirip dengan hidung.
Pada tanjung ini tersedia beberapa shelter untuk bersantai serta jalan setapak yang mengelilingi tanjung sehingga keindahan danau dari berbagai sisi tanjung ini dapat dinikmati dengan lebih sempurna. Tanjung Pelita berjarak sekitar 29 km dari Sungai Penuh yang secara administratif termasuk dalam Desa Pendung Kecamatan Keliling Danau.

9. Taman Husein

Taman Husein memiliki pantai dengan batu - batu besar yang terletak di pinggir jalan raya dan jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi ini terasa sangat nyaman, pemandangan lepas kearah danau, suara gemersik dedaunan yang tertiup angin serta gemercik ombak yang menerpa pantau berbatu merupakan kondisi yang ideal untuk bersantai bersama orang - orang terdekat. Tersedia beberapa shelter dibibir pantai serta warung yang menyediakan minuman ringan. Taman Husein dapat dicapai dari Sungai Penuh setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam.

10. Pesanggrahan dan Tanjung Hatta

Lokasi ini memiliki pantai berkarang yang merupakan lokasi paling terkenal di Danau Kerinci dan tersedia sarana yang cukup lengkap untuk kegiatan wisata seperti : shelter, wc hingga lokasi parkir. Tersedia juga perahu yang disewakan untuk mengarungi pinggir danau dan pesanggrahan bisa dijadikan lokasi camping ground bagi anak sekolah. Dari pesanggrahan terlihat jelas Pegunungan Bukit Barisan yang mengelilingi Kerinci. Tanjung Hatta terletak tidak jauh dari Pesanggrahan, Tanjung ini memiliki nilai sejarah pada tahun 1953 Wakil Presiden pertama RI mengunjungi Kerinci menyempatkan menanam pohon beringin di tanjung ini. Tanjung Hatta dan Pesanggrahan terletak di Desa Sanggar Agung Kecamatan Danau Kerinci, berjarak sekitar 22 km dari pusat Kota Sungai Penuh.

11. Goa Kasah

Goa Kasah merupakan sebuah goa yang terletak dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan jarak terdekat dari Desa Kersiktuo Kecamatan Kayu Aro kurang lebih 5 km. Goa ini merupakan habitat kelelawar dan beberapa spesies burung. Dalam goa ini terdapat relief yang menggambarkan antara lain wanita dan seekor binatang serta sebuah tempat duduk dari batu. Ruang utama berbentuk kubah ukuran 8 X 15 m dengan tinggi 15 m. Menurut pengamatan para ahli, goa ini merupakan tempat tinggal manusia purba pada ratusan tahun lalu.

12. Danau Lingkat

Danau yang masih alami ini terletak dipinggir hutan TNKS yang berdekatan dengan Desa Lempur Mudik. Luasnya lebih kurang 12 ha pada ketinggian 1.100 m dpi. Untuk mencapai obyek wisata ini dapat menggunakan bus umum, hal ini yang menarik pada obyek wisata ini yakni masih dapat didengar suara binatang seperti siamang dan lainnya ketika matahari mulai bersinar. Menjelajahi danau dengan rakit dan melihat batu yang unik berwarna warni didasar danau yang dapat dilihat dari permukaan air yang biasa orang menyebutnya Batu Belang.

13. Air Terjun Tujuh Tingkat

Bagi Wisatawan yang menyukai kegiatan cros country atau wisata alam, Obyek wisata yang satu ini merupakan tempat yang cocok untuk kegiatan itu. Untuk mencapai obyek wisata, wisatawan harus melewati hutan produksi kayu manis dan hutan lindung. Seperti namanya obyek wisata ini memiliki air terjun tujuh tingkat. Air Terjun Tujuh Tingkat pertama tingginya lebih kurang 6 meter yang merupakan air sungai yang jatuh pada tebing terjal. Menyusuri sungai ini kearah hulu akan ditemui pula air terjun tingkat kedua yang tingginya 50 meter dan air yang jatuh seperti butir - butir uap air. Seterusnya pendakian dapat dilakukan sampai ketingkat ketujuh melalui hutan lindung yang banyak terdapat tumbuh - tumbuhan hutan manau. Untuk mencapai lokasi wisata ini harus menempuh perjalanan jauh lebih kurang 16 km dari Kota Sungai Penuh dengan kendaraan Bus.

Monday, December 9, 2013

Kabupaten Kerinci

Kabupaten Kerinci adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kerinci ditetapkan sebagai Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi Jambi dengan pusat Pemerintahan di Sungai Penuh. Pada tahun 2011, pusat Pemerintahan berpindah ke Siulak. Kabupaten kerinci memiliki luas 3.355,27 km2 yang terdiri atas 12 Kecamatan, 2 Kelurahan dan 244 Desa.

Lambang Daerah


Motto Kabupaten Kerinci adalah " Sakti Alam Kerinci "

Sejarah Singkat
Menurut Tambo Minangkabau, Tanah Kerinci merupakan bagian dari rantau Minangkabau. Dalam Tambo tersebut dikatakan bahwa rantau pesisir Alam Minangkabau meliputi wilayah - wilayah sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah, mulai dari Sikilang Air Bangis, Tiku, Pariaman, Padang, Bandar Sepuluh, Air Haji, Inderapura, Muko - Muko dan Kerinci.
Pada abad ke 14 hingga ke 18, Kerinci merupakan bagian dari Kerajaan Inderapura, yang berpusat di Inderapura, pesisir selatan Sumatera Barat. Setelah runtuhnya Kerajaan Inderapura, Kerinci merupakan kawasan yang memiliki kekuasaan politik tersendiri.
Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Kerinci masuk kedalam Karesidenan Jambi (1904 - 1921), kemudian berganti dibawah berganti dibawah Karesidenan Sumatra's westkust (1921 - 1942). Pada masa itu Kerinci dijadikan wilayah setingkat Onderafdeeling yang dinamakan Onderafdeeling Kerinci - Inderapura. Setelah kemerdekaan, status administratifnya dijadikan Luhak dan dinamakan Luhak Kerinci - Inderapura. Sedangkan Kerinci sendiri, diberi status daerah administratif setingkat Kewedanaan. Pada Tahun 1957, Provinsi Sumatera Tengah dipecah menjadi 3 Provinsi, yaitu :
1.   Sumatera Barat, meliputi : Darek Minangkabau dan Rantau Pesisir.
2. Riau, meliputi : Daerah Kesultanan Siak, Pelalawan, Rokan, Indragiri, Riau-Lingga, ditambah Rantau Hilir Minangkabau : Kampar dan Kuantan.
3. Jambi, meliputi : Wilayah bekas Kesultanan Jambi, ditambah Rantau Pesisir Minangkabau : Kerinci.

Geografi dan Demografi
Kabupaten Kerinci berada di ujung barat Provinsi Jambi dengan batas wilayah sebagai berikut :
  • Utara    : Provinsi Sumatera Barat
  • Selatan : Provinsi Bengkulu
  • Barat    : Sumatera Barat
  • Timur   : Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin

Kabupaten Kerinci terdiri dari 12 Kecamatan, sebagai berikut :
  1. Kecamatan Gunung Tujuh
  2. Kecamatan Kayu Aro
  3. Kecamatan Gunung Kerinci
  4. Kecamatan Siulak
  5. Kecamatan Air Hangat
  6. Kecamatan Depati VII
  7. Kecamatan Air Hangat Timur
  8. Kecamatan Sitinjau Laut
  9. Kecamatan Danau Kerinci
  10. Kecamatan Keliling Danau
  11. Kecamatan Gunung Raya 
  12. Kecamatan Batang Merangin
Masyarakat yang mendiami wilayah ini adalah Suku Kerinci, selain itu terdapat juga suku bangsa lain seperti : Suku Minang, Jawa, Batak dan Tionghoa. Bahasa pengantar yang dipergunakan adalah Bahasa Kerinci, Bahasa Kerinci termasuk salah satu anak cabang Bahasa Austronesia, yang dekat dengan bahasa Minangkabau. Beberapa ahli bahkan menyebut Bahasa Kerinci sebagai bagian dari Bahasa Minangkabau. Ada lebih dari 30 dialek bahasa yang berbeda di tiap - tiap desa di daerah Kabupaten Kerinci.
Seperti masyarakat Minangkabau lainnya, orang Kerinci juga menganut sistem adat Matrilineal atau garis keturanan ditarik dari pihak Ibu. Rumah adat suku Kerinci di sebut "Larik" yang terdiri dari beberapa deretan rumah Petak yang bersambung - sambung. Suku Kerinci juga memiliki tarian tradisional yang bernama Rantak Kudo. Rantak Kudo adalah tarian yang biasa ditampilkan pada acara - acara bersifat adat atau pada acara khusus yang bersifat sakral.

Saturday, December 7, 2013

Asal Mula Nama Sarolangun

Pada zaman dulu, sebelum agama Islam masuk kedaerah Jambi, ada sebuah dusun yang terletak dipinggir sungai Batang Asai, dusun ini bernama Ujung Tanjung karena letaknya di Ujung Tanjung Tembesi. Sejak zaman Hindu dusun Ujung Tanjung ini sudah terkenal karena daerah ini menjadi pusat Pemerintahan Segala Batin (Negeri). Kepala Dusunnya dipimpin oleh seorang Rio yang bergelar Datuk Bagindo Tuo, kala itu tidak sembarang orang bisa jadi Kepala Dusun atau Rio. Hanya orang yang berilmu tinggi dan sakti saja lah yang bisa menjadi Kepala Dusun dan dihormati rakyatnya. Karena Ujung Tanjung menjadi pusat Pemerintahan Segala Batin (Negeri) didirikanlah sebuah tempat musyawarha yang dinamakan Balai Panjang. Sampai sekarang ungkapan Balai Panjang ini disebut dalam kata - kata adat di Kabupaten Sarolangun yang berbunyi "Ujung Tanjung Saribulan, Bakuto Pinang Balarik, Idak Pasih Bategak Rumah, Pasih Bategak Balai Panjang, Disitu Tempat Kusut Basalesai, Silang Tempat Bapatut".

Bulan berganti tahun, tahun berganti abad, dari zaman Hindu masuk Islam, daerah Jambi diperintah oleh seorang Raja Jambi yaitu Sultan Thaha. Dimasa Pemerintahan Sultan Thaha inilah nama Dusun Ujung Tanjung disebut Ujung Tanjung Saribulan. Pasalnya ketika rombongan Kerajaan Melayu Jambi yang dipimpin oleh Sultan Thaha dengan membawa rombongan armada perahu kajang lakonya menelusuri sungai batanghari kehulu dan masuk ke sungai batang tembesi untuk meninjau daerah dan rakyatnya, dan sampailah ke dusun Ujung Tanjung. Rombongan disambut oleh rakyat sebagaimana layaknya menyambut seorang Raja. Sultan Thaha menjadi tamu Datuk Rio Bagindo Tuo lengkap dengan pengawal hulubalang tangguh yang datang dari dusun - dusun sekitarnya seperti : Bathin VIII, Bathin VI, Bathin Pengambang, dll.

Sistem Pemerintahan didusun Ujung Tanjung Saribulan ketika itu adalah sistem pintu gerbang, Karena Ujung Tanjung menjadi pusat Pemerintahan Segala Bathin. Bagi para tamu dari luar daerah tidak boleh datang langsung ke Ujung Tanjung Saribulan tetapi harus menghadap dan melapor Datuk Rio Depati Singo Dilogo kepala Pemerintahan di desa Lidung. Desa Lidung ini terletak kira - kira 5 km kehilir sungai tembesi. Apabila sudah ada izin dari Rio Lidung ini, barulah tamu tadi datang ke Rio Datuk Bagindo Tuo di Ujung Tanjung Saribulan.

Pada masa ini lah Dusun Ujung Tanjung berubah nama menjadi SAROLANGUN, dongengnya kira - kira begini :
Suatu ketika ada dua orang tamu dari daerah Musi Rawas berasal dari Dusun Suro. Kedua orang ini ingin bertemu dan menghadap Rio Datuk Bagindo Tuo di Ujung Jabung tersebut. Mereka ingin bertemu untuk silaturahmi dan ingin menuntut ilmu kesaktian dengan Datuk Rio. Sebelum mereka ke Ujung Tanjung Saribulan sudah menjadi ketentuan haruslah melapor terlebih dahulu kepada Rio Dusun Lidung. Transportasi atau hubungan antar dusun ketika itu terutama melalui sungai, sedangkan hubungan darat sangat sulit karena belum ada jalan seperti saat ini, yang ada semak belukar bahkan masih hutan belantara.

Ketika kedua orang suro ini menuju Dusun Lidung haripun sudah hampir malam. Terpaksalah kedua orang tersebut istirahat dan bermalam ditengah hutan ini yang bernama hutan Senaning. Sore harinya itu sempat pula kedua orang ini bertemu dengan dua orang penduduk Dusun Lidung yang mau pulang dari mencari rotan. Sanak datang dari mana dan tujuan kemana, sapa orang Lidung kepada kedua orang suro ini. Kami datang dari dusun Suro Musi Rawas mau menghadap Datuk Rio Depati SingoDilago di Dusun Lidung, jawab kedua orang suro ini. Karena hari sudah senja dan Dusun Lidung masih jauh, maka bermalamlah kedua orang suro ini di hutan Senaning. Sesampainya di Dusun Lidung, kedua pencari rotan tadi melapor kepada Datuk Rio bahwa di hutan Senaning ada tamu bermalam disana dan mau menghadap Datuk Rio. Oleh Datuk Rio diperintahkannya lah aling - aling atau pesuruhnya untuk menjemput dan membawa kedua orang suro tadi ke Dusun Lidung.

Setelah tiba di tempat bermalamnya orang suro itu ternyata sudah tidak ada lagi di tempat itu, sedangkan perintah Rio kalau belum ketemu harus dicari terus didalam hutan itu. Sudah dua hari utusan itu berkeliling di hutan Senaning, namun kedua orang suro itu tidak juga ditemukan. Akhirnya para pencari inipun pulang ke Dusun Lidung dan memberi tahu Rio nya bahwa kedua orang suro itu sudah berpindah dari tempatnya. 
Beberapa hari kemudian didapat berita oleh Rio Dusun Lidung bahwa kedua orang suro itu telah bermalam dan berpindah ke dusun Ujung Tanjung Saribulan. BERMALAM dan BERPINDAH dalam bahasa dusun itu disebut MELANGUN

Dikarenakan peristiwa melangun ini terjadi di Dusun Ujung Tanjung Saribulan maka Desa Ujung Tanjung Saribulan berubah nama menjadi SURO MELANGUN. Lama kelamaan disebabkan logat dan ejaan orang dusun SURO MELANGUN berubah menjadi SAROLANGUN. Kini Sarolangun telah menjadi Kabupaten Sarolangun yang merupakan bagian dari Provinsi Jambi.  demikianlah sekelumit dongeng tentang asal usul nama SAROLANGUN.

Friday, December 6, 2013

Potensi Wisata di Kabupaten Sarolangun

Kabupaten Sarolangun memiliki beberapa potensi pariwisata yang umumnya adalah objek wisata alam, selain itu juga objek wisata ziarah, objek wisata minat khusus, objek wisata budaya dan objek wisata sejarah. Keanekaragaman potensi wisata ini tersebar di berbagai Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sarolangun, serta ada beberapa objek wisata yang masih menunggu pembenahan Pemerintah.

Potensi Wisata Alam
1. Batu Bersurat Prasasti Karang Birahi
Objek wisata ini merupakan tempat atau situs bersejarah.
Lokasi : Kecamatan Pemenang, Desa Karang Birahi atau sekitar 25 km dari Kota Sarolangun.
Wisata : Merupakan Prasti bersejarah berkaitan dengan Kerajaan Melayu Jambi dan Sriwijaya.

2. Sungai Batang Asai 
Objek wisata ini merupakan kawasan wisata petualangan arung jeram.
Lokasi  : Kecamatan Batang Asai, 110 km dari Kota Sarolangun.
Wisata : Sungai berarus deras dengan batu - batuan sepanjang 90 km sangat cocok untuk petualangan olah raga arung jeram (rafting, canoing) dan sungai batang asai ini pernah digunakan sebagai arena pertandingan arung jeram Internasional.

3. Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD)
Objek wisata ini merupakan salah satu dari empat ( 4 ) Taman Nasional di Provinsi Jambi.
Lokasi  : Kecamatan Pauh, 40 km dari Kota Sarolangun, menempati areal seluas
± 60.500 ha.
Wisata :  Kawasan ini ditetapkan sebagai cagar biosfer dan merupakan kawasan pengembaraan Suku Anak Dalam (SAD) atau Orang Rimba yang hidup berpindah-pindah didalam hutan rimba, dengan populasi sekitar 900 - 1.000 jiwa.

4. Danau Kaco
Objek wisata ini merupakan kawasan wisata tirta dengan panorama yang asri.
Lokasi  : Kecamatan Batang Asai, Desa Sungai Karadak, 92 km dari Kota Sarolangun.
Wisata   : Untuk mencapai danau ini perjalanan harus dilakukan dengan menggunakan perahu tempek (motor tempel) menelusuri sungai batang asai selama 2,5 jam, kemudian diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 3 jam. Kurang lebih 1 km sebelum sampai dipinggir danau, akan terlihat pemandangan hamparan batu kaca yang mengeluarkan cahaya gemerlap terkena cahaya matahari.

5. Danau Biaro
Objek wisata ini merupakan kawasan wisata tirta dengan panorama yang asri.
Lokasi  :  Desa Lindung, 5 km dari Kota Sarolangun dengan luas kurang lebih 3 ha dengan kedalaman 0,5 - 5 meter.
Wisata  :  Kawasan yang masih terlihat asri dan berhawa sejuk dengan hutan lebat disekitarnya, selain keindahannya danau ini juga merupakan kawasan pemancingan.

6. Air Terjun Simpang Narso dan Air Terjun Seluro
Objek wisata ini merupakan kawasan wisata tirta dengan panorama yang asri.
Lokasi  : Kecamatan Batang Asai, 92 km dari Kota Sarolangun. Persisnya Air Terjun Simpang Narso terletak di Desa Simpang Narso sedangkan Air Terjun Seluro terletak di Desa Raden Anom.
Wisata  : Sebenarnya terdapat beberapa air terjun di kawasan ini, namun dua air terjun ini termasuk yang cukup tinggi. Air Terjun Simpang Narso memiliki ketinggian 45 meter, sedangkan Air Terjun Seluro memiliki ketinggian 25 meter. Kedua air terjun ini dikelilingi oleh hutan yang masih lebat. 

7. Panorama Alam Bukit Rayo dan  Bukit Paradun Sulah
Objek wisata ini merupakan kawasan perbukitan dengan pemandangan panorama alam yang asri.
Lokasi  : Kecamatan Batang Asai, Desa Tambak Ratu. 92 km dari Kota Sarolangun.
Wisata    :  Dari ketinggian kurang lebih 500 meter diatas permukaan laut, dapat dilihat hamparan panorama indah desa dan sawah - sawah dibawahnya serta lembah Sungai Batang Asai dengan batu - batu besarnya, dilatarbelakangi gugusan Pegunungan Bukit Barisan disebelah barat dan selatan.


Potensi Wisata Kuliner
1. Tempoyak
Kabupaten Sarolangun yang dibelah oleh sungai tembesi ini memiliki kuliner tradisional berupa "  Tempoyak  ". Tempoyak adalah makanan yang terbuat dari buah durian yang di simpan selama jangka waktu tertentu atau dengan kata lain Tempoyak adalah durian yang dipermentasikan yang disantap dengan cara dimakan langsung bersama nasi, digulai atau ditumis terlebih dahulu sesuai selera. Meskipun Tempoyak banyak terdapat di tempat lain seperti : Palembang dan Riau, namun Tempoyak dari Kabupaten Sarolangun ini mempunyai rasa yang sangat khas.
 
2. Asam Rebung
Begitu pula dengan Asam Rebung, Asam Rebung juga merupakan makanan yang dipermentasikan yang terbuat dari tunas bambu. Cara menyantapnya juga sama dengan Tempoyak yaitu setelah dipermentasikan kemudian diolah bersama ikan khas sungai tembesi menjadi gulai yang disantap bersama nasi. Rasanya pun juga sangat khas, yaitu akan terasa hangat di tenggorokan.
 








Thursday, December 5, 2013

Kabupaten Sarolangun

Kabupaten Sarolangun adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Luas wilayahnya 6.174 km² dengan populasi 246.245 jiwa (sensus penduduk 2010). Kabupaten ini beribukota di Sarolangun, Sarolangun lahir pada tanggal 10 Oktober 1999 yang berdasarkan undang - undang Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sebelumnya, Kabupaten ini bersama - sama dengan Kabupaten Merangin tergabung dalam Kabupaten Sarolangun - Bangko.

Lambang Daerah

Lambang Kabupaten Sarolangun
Semboyan Kabupaten Sarolangun berbunyi  " Sepucuk Adat Serumpun Pseko " yang berarti : Melambangkan masyarakat Kabupaten Sarolangun bersama Pemerintah Daerah selalu menjunjung tinggi adat - istiadat dalam kehidupan sehari - hari yang merupakan bagian dari pusako Nenek Moyang yang sudah turun temurun dan merupakan warisan dan nilai budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan.

Kondisi Geografis  
Secara geografis, Kabupaten Sarolangun terletak antara 01°53’39’’ sampai 02°46’02’’ lintang selatan dan antara 102°03´39’ sampai 03°13´17’’ bujur timur dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 10 sampai dengan 1000 meter dari permukaan laut (dpl), dengan pembagian wilayah dan batas sebagai berikut : 


Kondisi Topografi
Kabupaten Sarolangun merupakan Kabupaten yang dilalui oleh jalur jalan lintas sumatera. Karena letaknya yang strategis itu, maka Kabupaten Sarolangun menjadi suatu tempat yang bisa diperhitungkan untuk membuka lahan usaha. Perekonomian Kabupaten Sarolangun ini sebagian besar berasal dari pertanian dan sumber daya alam yang berupa minyak bumi, batu bara dan emas, serta perhotelan dan restoran.
Luas wilayah administratif Kabupaten Sarolangun meliputi 6.174 Km², terdiri dari dataran rendah 5.248 km2 (85%) dan dataran tinggi 926 km2 (15%). Secara administratif pada awal berdirinya Kabupaten Sarolangun terdiri atas 6 kecamatan, 1 kelurahan dan 125 desa. Sampai dengan Tahun 2010 Kabupaten Sarolangun terdiri dari  10 kecamatan, 9 kelurahan dan 134 desa dengan jumlah penduduk 246.245 jiwa dengan kepadatan penduduk 40 jiwa/km2.

Ada 12 Marga di Kabupaten Sarolangun sebagai asal - usul berdirinya Kecamatan yang ada di Kabupaten Sarolangun, Yaitu : 
  1. Marga Batin V Sarolangun.
  2. Marga Batin VII Tanjung.
  3. Marga Simpang Tiga Pauh.
  4. Marga Air Hitam.
  5. Marga Batin VI Mandiangin.
  6. Marga Pelawan.
  7. Marga Datuk Nan Tigo.
  8. Marga Cermin Nan Gedang.
  9. Marga Bukit Bulan.
  10. Marga Batang Asai.
  11. Marga Sungai Pinang.
  12. Marga Batin Pengambang.

Kabupaten Sarolangun terdiri dari 10 Kecamatan, yaitu :
  1. Kecamatan Sarolangun ( Ibukota Kabupaten ).
  2. Kecamatan Pelawan.
  3. Kecamatan Singkut.
  4. Kecamatan Batin VIII.
  5. Kecamatan Limun.
  6. Kecamatan Pauh.
  7. Kecamatan Air Hitam ( Aik Hitam).
  8. Kecamatan Mandiangin.
  9. Kecamatan Batang Asai.
  10. Kecamatan Cermin Nan Gedang.

Potensi Pertambangan
A. Potensi Investasi Bahan Galian Startegis ( Golongan A).
  • Minyak Bumi
  • Batu Bara 
B. Potensi Investasi Bahan Galian Vital ( Golongan B ).
  • Emas
  • Biji Besi
  • Seng  (Zinc)
  • Timbal (Pb)
  • Tembaga (Cu)
C. Potensi Investasi Bahan Galian Golongan C.
  • Batu Gamping
  • Granit
  • Marmer
  • Fosfat
  • Pasir Kuarsa dan Kerikil Kuarsa
  • Kaolin dan Bentonit
  • Pasir dan Batu
  • Semen (cement)

Wednesday, December 4, 2013

Musim Durian


Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari wilayah Asia Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas buahnya yang keras dan berlekuk - lekuk tajam sehingga menyerupai duri, sebutan populernya adalah " raja dari segala buah " (King of Fruit). Durian adalah buah yang kontroversial, meskipun banyak orang yang menyukainya namun sebagian yang lain malah muak dengan aromanya.

Provinsi Jambi adalah salah satu daerah penghasil durian di Indonesia, durian yang terkenal di Jambi adalah " Durian Selat " yang berasal dari kecamatan Jambi Luar Kota ( Jaluko), Kabupaten Muaro Jambi. Walaupun di beberapa daerah lain dalam Provinsi Jambi juga banyak kita temukan pohon durian, namun durian selat lah yang lebih populer. Durian ini mempunyai ciri khas tersendiri yaitu beraroma harum, manis dan ukuran buah yang tidak terlalu besar.

Saat musim durian, kita akan disuguhkan dengan pemandangan ramainya para pedagang durian di beberapa titik di Kota Jambi, antara lain di pattimura, simpang rimbo, tugu juang, broni, payo selincah, the hok, talang banjar, dan masih banyak lagi. Para pedagang durian ini biasanya akan memajang barang dagangannya di atas trotoar, di pinggir jalan dan di persimpangan jalan. Pemandangan ini dapat kita lihat mulai dari sore hari sampai malam hari, walaupun terkesan sembraut karena ramainya pedagang dan pembeli tidak tertata rapi. Bagi masyarakat Jambi hal ini dapat dimaklumkan mengingat musim durian seperti ini hanya terjadi satu kali dalam setahun.
Memilih dan membeli durian yang matang sempurna memang sangat sulit, apalagi bagi seorang pemula. Terkadang kita merasa tertipu dengan bentuk buah yang segar, aroma yang harum serta ukuran buah yang besar, namun pada saat dibuka /  dibelah ternyata isi durian masih mentah alias tidak matang, rasa hambar, busuk atau bahkan berulat. Untuk itu ada beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan buah durian matang sempurna sesuai yang kita inginkan.
Berikut ini tips dalam memilih buah durian yang matang :
1. Bentuk Buah :
  •  Bulat : Isinya banyak tetapi biasanya dagingnya tipis.
  •  Lonjong / Oval : Isinya sedikit tetapi biasanya dagingnya tebal
2. Duri Buah :
  • Besar dan jarang - jarang : Daging buah besar dan tebal.
  • Kecil dan rapat - rapat      : Daging buah tipis, kecil tetapi banyak isinya.
3. Berat Buah :
  • Pilihlah durian yang ringan sebab durian yang berat biasanya mentah atau busuk disebabkan banyak mengandung air.
4. Buah digoncang - goncangkan :
  • Jika ada terasa sesuatu yang bergoncang dari dalam, maka daging buah adalah berjenis kering dan ini pertanda bagus.
5. Tepuk atau pukul buah dengan benda tumpul :
  • Jika mengeluarkan suara bergema berarti buah sudah matang sempurna.
6. Tangkai Buah :
  •  Pendek dan besar : Buahnya banyak dan dagingnya tebal.
  •  Panjang dan kurus : buahnya sedikit dan dagingnya tipis.
  •  Jika dicungkil tangkainya dengan kuku jari terlihat kulit bagian dalamnya   kuning berarti warna daging buahnya pun kuning.
7. Aroma Buah :
  • Dengan mencium buah, kita bisa merasakan aroma buah tersebut. Jika aroma harum atau manis maka rasa durian adalah manis. Jika aroma pekat yang memahit maka rasa durian ini agak pahit dan ini yang bagus. Jika tidak mengeluarkan aroma berarti buah durian tersebut masih mentah.
8. Kulit Durian Utuh :
  •  Jangan memilih durian yang sudah terbuka kulitnya, bila sudah terbuka atau menganga berarti durian sudah lempam atau masuk angin dan pasti rasanya hambar.
  • Jangan memilih durian yang terdapat lobang pada kulitnya, itu menandakan ada ulat didalamnya yang berarti buah busuk atau sudah terkontaminasi.
Tips Kesehatan :
  • Jika terkena duri durian pada saat kita ingin membelahnya, oleskan sedikit pada luka tersebut dengan daging buahnya sebab daging buah juga berperan sebagai penawar bisa duri durian. 
  • Jika mabuk karena kebanyakan makan durian, maka isi lah cekungan kulit buahnya dengan air tawar lalu diminum.

Untuk calon pembeli yang berada di Kota Jambi dan sekitarnya, jika hendak membeli durian di pinggir jalan janganlah di siang hari atau sore hari sebab pada jam - jam tersebut harga durian yang mereka jual sedang tinggi - tingginya. Jadi, Saran saya jika ingin membeli durian dengan harga murah cobalah untuk membeli durian pada jam 10 malam ke atas, biasanya pada jam ini pedagang cenderung banting harga yang penting balik modal asalkan mereka bisa pulang tanpa membawa kembali barang dagangannya.
Demikian ulasan singkat ini yang berdasarkan pengalaman pribadi penulis. semoga bermamfaat.

Saturday, November 30, 2013

Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Gunung Kerinci (juga dieja "Kerintji", dikenal sebagai Gunung Gadang, Berapi Kurinci, Kerinchi, Korinci atau Puncak Indrapura) adalah gunung tertinggi di Sumatera, gunung berapi tertinggi di Indonesia, dan puncak tertinggi di Indonesia di luar Papua. Gunung Kerinci merupakan gunung berapi bertipe Statovolcano yang masih aktif dan terakhir kali meletus pada tahun 2009. Gunung Kerinci terletak di Jambi dan Sumatera Barat, di pegunungan bukit barisan, dekat pantai barat dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan Padang.


Identitas Gunung Kerinci :
  •  Nama                    : Gunung Kerinci
  •  Jenis                      : Stratovolcano
  •  Bentuk                  : Kerucut
  •  Ketinggian            : 3.805 m dpl
  •  Panjang                : 25 km (16 mil)
  •  Lebar                    : 13 km (8 mil)
  •  Status                   : Aktif.  Tipe A
  •  Letusan Terakhir : Tahun 2009
  •  Tipe Letusan        : Tipe Hawaii
  •  Tipe Erupsi          : Erupsi Eksplosif
  •  Busur / Sabuk Vulkanik : Cincin Api Pasifik
  •  Pertama didaki : Von Hasselt and Veth pada Tahun 1877
  •  Rute Termudah : Kersik Tuo

Gunung ini dikelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan merupakan habitat harimau sumatra dan badak sumatra. Gunung Kerinci ini dapat ditempuh melalui darat dari Jambi menuju Sungai Penuh melalui Bangko. Dapat juga ditempuh dari Padang, Lubuk Linggau dan Bengkulu, dengan pesawat terbang dapat mendarat di Jambi atau Padang. 
Keindahan panorama yang natural dengan kekayaan flora dan fauna dapat ditemui mulai dari dataran rendah hingga puncak Gunung Kerinci, tidak hanya untuk dinikmati tetapi sangat baik sebagai tempat penelitian dan pendidikan. Puncak Gunung Kerinci berada pada ketinggian 3.805 m dpl, disini pengunjung dapat melihat di kejauhan membentang pemandangan indah Kota Jambi, Kota Padang dan Bengkulu, bahkan Samudera Hindia yang luas dapat terlihat dengan jelas. Gunung Kerinci memilikiu kawah seluas 400 X 120 meter dan berisi air yang berwarna hijau. Disebelah timur terdapat danau Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatera. Dibelakang terdapat Gunung Tujuh dengan kawah yang sangat indah yang hampir tak tersentuh.



Kondisi Topografi 
Gunung Kerinci berbentuk kerucut dengan lebar 13 km (8 mil) dan panjang 25 km (16 mil), memanjang dari utara ke selatan. Pada puncaknya di sisi timur laut terdapat kawah sedalam 600 meter (1.969 kaki) berisi air berwarna hijau. Hingga sekarang, kawah yang berukuran 400 X 120 meter ini masih berstatus aktif. Gunung Kerinci termasuk dalam bagian Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). TNKS adalah sebuah wilayah konservasi yang memiliki luas 1.484.650 hektar dan terletak di wilayah empat Provinsi,  yang mana sebagian besarnya berada di wilayah Provinsi Jambi. TNKS sendiri merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan pulau Sumatera.  Gunung Kerinci merupakan gunung tipa A aktif yang berada sekitar 130 km arah selatan Kota Padang.

Flora dan Fauna
Tumbuhan dataran rendah di dominasi oleh beberapa jenis mahoni, terdapat juga tumbuhan raksasa Bunga Rafflesia, Rafflesia Arnoldi dan Suweg Raksasa Amorphophallus Titanum, Serta pohon cemara juga banyak tumbuh di Gunung Kerinci. Dengan Taman Nasional Leuser, taman ini terhalang oleh danau toba dan ngarai sihanok sehingga beberapa binatang yang tidak terdapat di Taman Leuser ada disini seperti Tapir (Tapirus Indicus) dan Kuskus ( Tarsius Bancanus). Di Gunung Kerinci banyak terdapat binatang khas Sumatera seperti : gajah, badak sumatera, harimau sumatera , beruang madu, macan tutul, kecuali orang utan. Berbagai primata seperti : siamang, gibbon, monyet ekor panjang dan presbytis melaphopos. Selain itu di Gunung Kerinci juga terdapat kurang lebih 140 jenis burung.